Thursday, April 21, 2011

Apakah kitab suci bertentangan dengan Ilmu

Apakah kitab suci bertentangan dengan Ilmu?
Pertanyaan ini layak dipertanyakan karena untuk menguji keaslian dan kemurnian suatu kitab suci, tetapi apabila ilmu pengetahuan berbeda atau bertolak belakang dengan Alkitab berarti ada yang salah dalam sesuatu  sains atau alkitab. 
Inilah.com menulis tentang penemuan Profesor Colin Humphreys hari paskah.
INILAH.COM, London – Umat Kristiani sejak lama mempercayai bahwa Perjamuan Terakhir (The Last Supper) yang dilakukan Yesus Kristus terjadi pada Kamis. Namun, riset terbaru menyebutkan satu hari lebih awal. Mana yang benar?

Friday, March 4, 2011

Arab sebelum Nabi Muhammad saw.

PENYELIDIKAN mengenai sejarah peradaban manusia dan dari  mana
pula  asal-usulnya,  sebenarnya  masih  ada hubungannya dengan
zaman kita sekarang  ini.  Penyelidikan  demikian  sudah  lama
menetapkan,  bahwa  sumber peradaban itu sejak lebih dari enam
ribu  tahun  yang  lalu  adalah  Mesir.  Zaman   sebelum   itu
dimasukkan orang kedalam kategori pra-sejarah. Oleh karena itu
sukar sekali akan sampai kepada suatu  penemuan  yang  ilmiah.
Sarjana-sarjana   ahli   purbakala   (arkelogi)  kini  kembali
mengadakan penggalian-penggalian  di  Irak  dan  Suria  dengan
maksud  mempelajari  soal-soal  peradaban  Asiria  dan Funisia
serta  menentukan  zaman  permulaan   daripada   kedua   macam
peradaban  itu:  adakah  ia  mendahului  peradaban  Mesir masa
Firaun dan sekaligus mempengaruhinya, ataukah ia menyusul masa
itu dan terpengaruh karenanya?

MEKAH, KA'BAH DAN QURAISY


DI TENGAH-TENGAH jalan kafilah yang berhadapan dengan Laut
Merah - antara Yaman dan Palestina - membentang bukit-bukit
barisan sejauh kira-kira delapanpuluh kilometer dari pantai.
luas, yang hampir-hampir terkepung samasekali oleh bukit-bukit
Bukit-bukit ini mengelilingi sebuah lembah yang tidak begitu itu kalau tidak dibuka oleh tiga buah jalan: pertama jalan
menuju ke Yaman, yang kedua jalan dekat Laut Merah di pelabuhan Jedah, yang ketiga jalan yang menuju ke Palestina
.
Dalam lembah yang terkepung oleh bukit-bukit itulah terletak Mekah. Untuk mengetahui sejarah dibangunnya kota ini sungguh sukar sekali. Mungkin sekali ia bertolak ke masa ribuan tahun yang lalu. Yang pasti, lembah itu digunakan sebagai tempat perhentian kafilah sambil beristirahat, karena di tempat itu terdapat sumber mata air. Dengan demikian rornbongan kafilah itu membentangkan kemah-kemah mereka, baik yang datang dari jurusan Yaman menuju Palestina atau yang datang dari Palestina menuju Yaman. Mungkin sekali Ismail anak Ibrahim itu orang pertama yang menjadikannya sebagai tempat tinggal, yang sebelum itu hanya dijadikan tempat kafilah lalu saja dan tempat perdagangan secara tukar-menukar antara yang datang dari arah selatan jazirah dengan yang bertolak dari arah utara. Kalau Ismail adalah orang pertama yang menjadikan Mekah sebagai tempat tinggal, maka sejarah tempat ini sebelum itu gelap sekali. Mungkin dapat juga dikatakan, bahwa daerah ini dipakai tempat ibadat juga sebelum Ismail datang dan menetap di tempat itu. Kisah kedatangannya ketempat itupun memaksa kita membawa kisah Ibrahim a.s. secara ringkas.

Saturday, February 26, 2011

Arah Kiblat dari Indonesia

Makkah 21o25’ LU 39o50’ BT menjadi kiblat bagi ahlul ardli termasuk Indonesia.
Arah kiblat dari Indonesia ke Makkah : ke barat laut dengan ukuran derajat bervariasi sesuai dengan letak tiap kawasan pada garis lintang dan garis bujur. Contoh :
Kawasan lintang utara :
  1. Sabang            05o54’ LU   095o21’ BT : 21o56’08” AQ
  2. Banda Aceh    05o35’ LU   095o20’ BT : 22o08’13” AQ
  3. Medan             03o38’ LU   098o38’ BT : 22o44’46” AQ
  4. Pekanbaru       00o36’ LU   101o14’ BT : 23o46’18” AQ
  5. Sambas            01o18’ LU   109o18’ BT : 22o18’19” AQ
  6. Tarakan           03o18’ LU   117o35’ BT : 21o12’59” AQ
  7. Gorontalo        00o34’ LU   123o05’ BT : 21o29’37” AQ
  8. Manado           01o33’ LU   124o53’ BT : 21o21’58” AQ

Kawasan katulistiwa :
Pontianak              00o00’ katulistiwa  109o22’ BT : 22o44’37” AQ

Kawasan lintang selatan :
  1. Padang                                    00o57’ LS   100o21’ BT : 24o41’51” AQ
  2. Jambi                           01o36’ LS   103o38’ BT : 24o15’42” AQ
  3. Palembang                   02o59’ LS   104o47’ BT : 25o36’33” AQ
  4. Bandar Lampung        05o25’ LS   105o17’ BT : 25o17’11” AQ
  5. Serang                         06o08’ LS   106o09’ BT : 25o18’03” AQ
  6. Tangerang                   06o12’ LS   106o38’ BT : 25o11’55” AQ
  7. Jakarta                         06o10’ LS   106o49’ BT : 25o08’31” AQ
  8. Pelabuhanratu             07o01’ LS   106o03’ BT : 25o36’23” AQ       
  9. Bandung                     06o57’ LS   107o34’ BT : 25o11’10” AQ
  10. Yogyakarta                 07o48’ LS   110o21’ BT : 24o42’46” AQ
  11. Semarang                    07o00’ LS   110o24’ BT : 24o30’17” AQ
  12. Surabaya                     07o15’ LS   112o45’ BT : 24o01’45” AQ
  13. Palangkaraya               02o16’ LS   113o56’ BT : 22o43’23” AQ
  14. Banjarmasin                03o22’ LS   114o40’ BT : 22o51’38” AQ
  15. Samarinda                   00o28’ LS   117o11’ BT : 21o59’21” AQ
  16. Ujungpandang                        05o08’ LS   119o27’ BT : 22o28’04” AQ
  17. Kendari                       03o57’ LS   122o35’ BT : 21o57’36” AQ
  18. Denpasar                     08o37’ LS   115o13’ BT : 23o44’32” AQ
  19. Mataram                      08o36’ LS   116o08’ BT : 23o32’22” AQ
  20. Kupang                       10o12’ LS   123o35’ BT : 22o10’57” AQ
  21. Ambon                        03o42’ LS   128o14’ BT : 21o28’23” AQ
  22. Fakfak                         03o52’ LS   132o20’ BT : 21o14’40” AQ
  23. Jayapura                      02o28’ LS   140o38’ BT : 22o09’12” AQ
  24. Sorong                         00o50’ LS   131o15’ BT : 21o24’10” AQ
  25. Merauke                      08o30’ LS   140o27’ BT : 20o09’06” AQ

Isu tentang adanya pergeseran arah qiblat dari sebagian besar masjid di Indonesia akibat gempa masih harus dibuktikan dengan penelitian yang seksama secara ilmiah melibatkan sejumlah ahli dari berbagai disiplin ilmu, termasuk ahli hisab-fiqh. Masjid-masjid yang arah qiblatnya tidak tepat pada umumnya disebabkan oleh kurang cermatnya dalam mengukur arah qiblat sejak awal mula memulai pembangunan masjid. Masjid-masjid yang sejak awal mula ketika memulai pembangunan sudah didasarkan pada pengukuran arah qiblat yang benar, ternyata hingga sekarang masih tetap standar.


Posisi Arah Barat Indonesia

A.    Garis lintang 0o dari Pontianak ke barat melewati Kepri, Riau, Sumatera Barat, Samudra Hindia sampai ke Somalia selatan, tepatnya di utara kota Kismayu.

B.     Semua daerah Indonesia yang berada di Lintang Utara dan beberapa daerah yang berada di Lintang Selatan bila ditarik garis ke barat akan bertemu dengan negaraSomalia. Beberapa wilayah Indonesia tersebut yaitu :
Wilayah lintang utara :
  1. Sabang           
  2. Banda Aceh   
  3. Medan            
  4. Pekanbaru      
  5. Sambas
  6. Tarakan          
  7. Samarinda
  8. Gorontalo       
  9. Manado
Wilayah lintang selatan :
  1. Padang
  2. Jambi
  3. Palangkaraya              
  4. Sorong
  5. Jayapura                                 

C.     Daerah Indonesia yang berada di Lintang Selatan bila ditarik garis ke barat ada dua kemungkinan, yaitu bertemu dengan negara Kenya dan negara Tanzania. Daerah-daerah yang bertemu dengan negara Kenya yaitu :                           
  1. Palembang                  
  2. Banjarmasin               
  3. Kendari                      
  4. Ambon                       
  5. Fakfak                        
                       
Daerah-daerah yang bertemu dengan negara Tanzania :
  1. Bandar Lampung
  2. Serang                        
  3. Tangerang                  
  4. Jakarta                        
  5. Pelabuhanratu                        
  6. Bandung                    
  7. Yogyakarta                
  8. Semarang                   
  9. Surabaya                    
  10. Ujungpandang                       
  11. Denpasar                    
  12. Mataram                     
  13. Kupang                      
  14. Merauke

KH A. Ghazalie MasroeriKetua Lajnah Falakiyah PBNU

Saturday, February 19, 2011

15 Langkah Efektif Untuk Menghafal Al Qur'an



By DR. Ahmad Zain An-Najah, M.A.
Sesuatu yang paling berhak dihafal adalah Al Qur’an, karena Al Qur’an adalah Firman Allah, pedoman hidup umat Islam, sumber dari segala sumber hukum, dan bacaan yang paling sering dulang-ulang oleh manusia. Oleh Karenanya, seorang penuntut ilmu hendaknya meletakan hafalan Al Qur’an sebagai prioritas utamanya. Berkata Imam Nawawi : “ Hal Pertama ( yang harus diperhatikan oleh seorang penuntut ilmu ) adalah menghafal Al Quran, karena dia adalah ilmu yang terpenting, bahkan para ulama salaf tidak akan mengajarkan hadits dan fiqh kecuali bagi siapa yang telah hafal Al Quran. Kalau sudah hafal Al Quran jangan sekali- kali menyibukan diri dengan hadits dan fikih atau materi lainnya, karena akan menyebabkan hilangnya sebagian atau bahkan seluruh hafalan Al Quran. “()
( ) Imam Nawawi, Al Majmu’,( Beirut, Dar Al Fikri, 1996 ) Cet. Pertama, Juz : I, hal : 66
Di bawah ini beberapa langkah efektif untuk menghafal Al Qur’an yang disebutkan para ulama, diantaranya adalah sebagai berikut :
Langkah Pertama : Pertama kali seseorang yang ingin menghafal Al Qur’am hendaknya mengikhlaskan niatnya hanya karena Allah saja. Dengan niat ikhlas, maka Allah akan membantu anda dan menjauhkan anda dari rasa malas dan bosan. Suatu pekerjaan yang diniatkan ikhlas, biasanya akan terus dan tidak berhenti. Berbeda kalau niatnya hanya untuk mengejar materi ujian atau hanya ingin ikut perlombaan, atau karena yang lain.
Langkah Kedua : Hendaknya setelah itu, ia melakukan Sholat Hajat dengan memohon kepada Allah agar dimudahkan di dalam menghafal Al Qur’an. Waktu sholat hajat ini tidak ditentukan dan doa’anyapun diserahkan kepada masing-masing pribadi. Hal ini sebagaimana yang diriwayat Hudzaifah ra, yang berkata :
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا حزبه أمر صلى
“ Bahwasanya Rosulullah saw jika ditimpa suatu masalah beliau langsung mengerjakan sholat. “()
Adapun riwayat yang menyebutkan doa tertentu dalam sholat hajat adalah riwayat lemah, bahkan riwayat yang mungkar dan tidak bisa dijadikan sandaran. ()
Begitu juga hadist yang diriwayatkan Ibnu Abbas ra yang menjelaskan bahwa Rosulullah saw mengajarkan Ali bin Abu Thalib sholat khusus untuk meghafal Al Qur’an yang terdiri dari empat rekaat , rekaat pertama membaca Al Fatihah dan surat Yasin, rekaat kedua membaca surat Al Fatihah dan Ad Dukhan, rekaat ketiga membaca surat Al Fatihah dan Sajdah, dan rekaat keempat membaca surat Al Fatihah dan Al Mulk, itu adalah hadist maudhu’ dan tidak boleh diamalkan. Sebagian ulama lain mengatakan bahwa hadist tersebut adalah hadits dhoif . ()
Langkah Ketiga : Memperbanyak do’a untuk menghafal Al Qur’an. ()
Do’a ini memang tidak terdapat dalam hadits, akan tetapi seorang muslim bisa berdo’a menurut kemampuan dan bahasanya masing-masing. Mungkin anda bisa berdo’a seperti ini :
اللهم وفقني لحفظ القرآن الكريم ورزقني تلاوته أناء الليل وأطراف النهار على الوجه الذي يرضيك عنا يا أرحم الراحمين .
“ Ya Allah berikanlah kepada saya taufik untuk bisa menghafal Al Qur’an, dan berilah saya kekuatan untuk terus membacanya siang dan malam sesuai dengan ridhal dan tuntunan-Mu , wahai Yang Maha Pengasih “.
Langkah Keempat : Menentukan salah satu metode untuk menghafal Al Qur’an. Sebenarnya banyak sekali metode yang bisa digunakan untuk menghafal Al Qur’an, Masing-masing orang akan mengambil metode yang sesuai dengan dirinya. Akan tetapi di sini hanya akan disebutkan dua metode yang sering dipakai oleh sebagian kalangan, dan terbukti sangat efektif :
Metode Pertama : Menghafal per satu halaman ( menggunakan Mushaf Madinah ). Kita membaca satu lembar yang mau kita hafal sebanyak tiga atau lima kali secara benar, setelah itu kita baru mulai menghafalnya. Setelah hafal satu lembar, baru kita pindah kepada lembaran berikutnya dengan cara yang sama. Dan jangan sampai pindah ke halaman berikutnya kecuali telah mengulangi halaman- halaman yang sudah kita hafal sebelumnya. Sebagai contoh : jika kita sudah menghafal satu lembar kemudian kita lanjutkan pada lembar ke-dua, maka sebelum menghafal halaman ke-tiga, kita harus mengulangi dua halaman sebelumnya. Kemudian sebelum menghafal halaman ke-empat, kita harus mengulangi tiga halaman yang sudah kita hafal. Kemudian sebelum meghafal halaman ke-lima, kita harus mengulangi empat halaman yang sudah kita hafal. Jadi, tiap hari kita mengulangi lima halaman : satu yang baru, empat yang lama. Jika kita ingin menghafal halaman ke-enam, maka kita harus mengulangi dulu empat halaman sebelumnya, yaitu halaman dua, tiga, empat dan lima. Untuk halaman satu kita tinggal dulu, karena sudah terulangi lima kali. Jika kita ingin menghafal halaman ke-tujuh, maka kita harus mengulangi dulu empat halaman sebelumnya, yaitu halaman tiga, empat, lima, dan enam. Untuk halaman satu dan dua kita tinggal dulu, karena sudah terulangi lima kali, dan begitu seterusnya.
Perlu diperhatikan juga, setiap kita menghafal satu halaman sebaiknya ditambah satu ayat di halaman berikutnya, agar kita bisa menyambungkan hafalan antara satu halaman dengan halaman berikutnya.
Metode Kedua : Menghafal per- ayat , yaitu membaca satu ayat yang mau kita hafal tiga atau lima kali secara benar, setelah itu, kita baru menghafal ayat tersebut. Setelah selesai, kita pindah ke ayat berikutnya dengan cara yang sama, dan begiu seterusnya sampai satu halaman. Akan tetapi sebelum pindah ke ayat berikutnya kita harus mengulangi apa yang sudah kita hafal dari ayat sebelumnya. Setelah satu halaman, maka kita mengulanginya sebagaimana yang telah diterangkan pada metode pertama . ()
Untuk memudahkan hafalan juga, kita bisa membagi Al Qur’an menjadi tujuh hizb ( bagian ) :
  1. Surat Al Baqarah sampai Surat An Nisa’
  2. Surat Al Maidah sampai Surat At Taubah
  3. Surat Yunus sampai Surat An Nahl
  4. Surat Al Isra’ sampai Al Furqan
  5. Surat As Syuara’ sampai Surat Yasin
  6. Surat As Shoffat sampai Surat Al Hujurat
  7. Surat Qaf sampai Surat An Nas
Boleh juga dimulai dari bagian terakhir yaitu dari Surat Qaf sampai Surat An Nas, kemudian masuk pada bagian ke-enam dan seterusnya.
Langkah Kelima : Memperbaiki Bacaan.
Sebelum mulai menghafal, hendaknya kita memperbaiki bacaan Al Qur’an agar sesuai dengan tajwid. Perbaikan bacaan meliputi beberapa hal, diantaranya :
a/ Memperbaiki Makhroj Huruf. Seperti huruf ( dzal) jangan dibaca ( zal ), atau huruf ( tsa) jangan dibaca ( sa’ ) sebagaimana contoh di bawah ini :
ثم —— > سم / الذين —- > الزين
b/ Memperbaiki Harakat Huruf . Seperti yang terdapat dalam ayat-ayat di bawah ini :
1/ وَإِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمات ( البقرة : 124 ) —- > )إبراهيمُ ﴾
2/ وَكُنْت ُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا مَا دُمْتُ فِيهِمْ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ ( المائدة : 116 )
وَكُنْت ُ < ——— > كُنْتَ
3/ أَفَمَنْ يَهْدِي إِلَى الْحَقِّ أَحَقُّ أَنْ يتَّبَعَ أَمْ مَنْ لَا يَهِدِّي إِلَّا أَنْ يُهْدَى ( ونس : 35 ) —- > أم من لا يَهْدِي
4/ رَبَّنَا أَرِنَا الَّذَيْنِ أَضَلَّانَا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ( فصلت :29 ) —– > الَّذِين
5/ فَكَانَ عَاقِبَتَهُمَا أَنَّهُمَا فِي النَّارِ خَالِدَيْنِ فِيهَا وَذَلِكَ جَزَاءُ الظَّالِمِينَ ﴾ الحشر: 17) —– > خالدِين فيها
Langkah Keenam : Untuk menunjang agar bacaan baik, hendaknya hafalan yang ada, kita setorkan kepada orang lain, agar orang tersebut membenarkan jika bacaan kita salah. Kadang, ketika menghafal sendiri sering terjadi kesalahan dalam bacaan kita, karena kita tidak pernah menyetorkan hafalan kita kepada orang lain, sehingga kesalahan itu terus terbawa dalam hafalan kita, dan kita menghafalnya dengan bacaan tersebut bertahun-tahun lamanya tanpa mengetahui bahwa itu salah, sampai orang lain yang mendengarkannya akhirnya memberitahukan kesalahan tersebut.
Langkah Ketujuh : Faktor lain agar bacaan kita baik dan tidak salah, adalah memperbanyak untuk mendengar kaset-kaset bacaan Al Qur’an murattal dari syekh yang mapan dalam bacaannya. Kalu bisa, tidak hanya sekedar mendengar sambil mengerjakan pekerjaan lain, akan tetapi mendengar dengan serius dan secara teratur. Untuk diketahui, akhir-akhir ini - alhamdulillah - banyak telivisi-telelivisi parabola yang menyiarkan secara langsung pelajaran Al Qur’an murattal dari seorang syekh yang mapan, diantaranya adalah acara di televisi Iqra’ . Tiap pekan terdapat siaran langsung pelajaran Al Qur’an yang dipandu oleh Syekh Aiman Ruysdi seorang qari’ yang mapan dan masyhur, kitapun bisa menyetor bacaan kita kepada syekh ini lewat telpun. Rekaman dari acara tersebut disiarkan ulang setiap pagi. Selain itu, terdapat juga di channel ” Al Majd “, dan channel- channel televisi lainnya. Acara-acara tersebut banyak membantu kita di dalam memperbaiki bacaan Al Qur’an.
Langkah Kedelapan : Untuk menguatkan hafalan, hendaknya kita mengulangi halaman yang sudah kita hafal sesering mungkin, jangan sampai kita sudah merasa hafal satu halaman, kemudian kita tinggal hafalan tersebut dalam tempo yang lama, hal ini akan menyebabkan hilangnya hafalan tersebut. Diriwayatkan bahwa Imam Ibnu Abi Hatim, seorang ahli hadits yang hafalannya sangat terkenal dengan kuatnya hafalannya. Pada suatu ketika, ia menghafal sebuah buku dan diulanginya berkali-kali, mungkin sampai tujuh puluh kali. Kebetulan dalam rumah itu ada nenek tua. Karena seringnya dia mengulang-ulang hafalannya, sampai nenek tersebut bosan mendengarnya, kemudian nenek tersebut memanggil Ibnu Abi Hatim dan bertanya kepadanya : Wahai anak, apa sih yang sedang engkau kerjakan ? “ Saya sedang menghafal sebuah buku “ , jawabnya. Berkata nenek tersebut : “ Nggak usah seperti itu, saya saja sudah hafal buku tersebut hanya dengan mendengar hafalanmu.” . “ Kalau begitu, saya ingin mendengar hafalanmu “ kata Ibnu Abi Hatim, lalu nenek tersebut mulai mengeluarkan hafalannya. Setelah kejadian itu berlalu setahun lamanya, Ibnu Abi Hatim datang kembali kepada nenek tersebut dan meminta agar nenek tersebut menngulangi hafalan yang sudah dihafalnya setahun yang lalu, ternyata nenek tersebut sudah tidak hafal sama sekali tentang buku tersebut, dan sebaliknya Ibnu Abi Hatim, tidak ada satupun hafalannya yang lupa. () Cerita ini menunjukkan bahwa mengulang-ulang hafalan sangatlah penting. Barangkali kalau sekedar menghafal banyak orang yang bisa melakukannya dengan cepat, sebagaimana nenek tadi. Bahkan kita sering mendengar seseorang bisa menghafal Al Qur’an dalam hitungan minggu atau hitungan bulan, dan hal itu tidak terlalu sulit, akan tetapi yang sulit adalah menjaga hafalan dan mengulanginya secara kontinu.
Langkah Kesembilan : Faktor lain yang menguatkan hafalan adalah menggunakan seluruh panca indra yang kita miliki. Maksudnya kita menghafal bukan hanya dengan mata saja, akan tetapi dibarengi dengan membacanya dengan mulut kita, dan kalau perlu kita lanjutkan dengan menulisnya ke dalam buku atau papan tulis. Ini sangat membantu hafalan seseorang. Ada beberapa teman dari Marokko yang menceritakan bahwa cara menghafal Al Qur’an yang diterapkan di sebagian daerah di Marokko adalah dengan menuliskan hafalannya di atas papan kecil yang dipegang oleh masing-masing murid, setelah mereka bisa menghafalnya di luar kepala, baru tulisan tersebut dicuci dengan air.
Langkah Kesepuluh : Menghafal kepada seorang guru.
Menghafal Al Qur’an kepada seorang guru yang ahli dan mapan dalam Al Qur’an adalah sangat diperlukan agar seseorang bisa menghafal dengan baik dan benar. Rosulullah saw sendiri menghafal Al Qur’an dengan Jibril as, dan mengulanginya pada bulan Ramadlan sampai dua kali katam.
Langkah Kesebelas : Menggunakan satu jenis mushaf Al Qur’an dan jangan sekali-kali pindah dari satu jenis mushaf kepada yang lainnya. () Karena mata kita akan ikut menghafal apa yang kita lihat. Jika kita melihat satu ayat lebih dari satu posisi, jelas itu akan mengaburkan hafalan kita. Masalah ini, sudah dihimbau oleh salah seorang penyair dalam tulisannya :
العين تحفظ قبل الأذن ما تبصر فاختر لنفسك مصحف عمرك الباقي .
“ Mata akan menghafal apa yang dilihatnya- sebelum telinga- , maka pilihlah satu mushaf untuk anda selama hidupmu. “()
Yang dimaksud jenis mushaf di sini adalah model penulisan mushaf. Di sana ada beberapa model penulisan mushaf, diantaranya adalah : Mushaf Madinah atau terkenal dengan Al Qur’an pojok, satu juz dari mushaf ini terdiri dari 10 lembar, 20 halaman, 8 hizb, dan setiap halaman dimulai dengan ayat baru. Mushaf Madinah ( Mushaf Pojok ) ini paling banyak dipakai oleh para pengahafal Al Qur’an, banyak dibagi-bagikan oleh pemerintah Saudi kepada para jama’ah haji. Cetakan-cetakan Al Qur’an sekarang merujuk kepada model mushaf seperti ini. Dan bentuk mushaf seperti ini paling baik untuk dipakai menghafal Al Qur’an.
Disana ada model lain, seperti mushaf Al Qur’an yang dipakai oleh sebagain orang Mesir, ada juga mushaf yang dipakai oleh sebagain orang Pakistan dan India, bahkan ada model mushaf yang dipakai oleh sebagian pondok pesantren tahfidh Al Qur’an di Indonesia yang dicetak oleh Manar Qudus , Demak.
Langkah Keduabelas : Pilihlah waktu yang tepat untuk menghafal, dan ini tergantung kepada pribadi masing-masing. Akan tetapi dalam suatu hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, disebutkan bahwasanya Rosulullah saw bersabda :
إن الدين يسر ، ولن يشاد الدين أحد إلا غلبه ، فسددوا وقاربوا و أبشروا ، واستعينوا بالغدوة والروحة وشئ من الدلجة
“ Sesungguhnya agama ini mudah, dan tidak ada yang mempersulit diri dalam agama ini kecuali dia akan capai sendiri, makanya amalkan agama ini dengan benar, pelan-pelan, dan berilah kabar gembira, serta gunakan waktu pagi, siang dan malam ( untuk mengerjakannya ) “ ( HR Bukhari )
Dalam hadist di atas disebutkan waktu pagi ,siang dan malam, artinya kita bisa menggunakan waktu-waktu tersebut untuk menghafal Al Qur’an. Sebagai contoh : di pagi hari, sehabis sholat subuh sampai terbitnya matahari, bisa kita gunakan untuk menghafal Al Qur’an atau untuk mengulangi hafalan tersebut, waktu siang siang, habis sholat dluhur, waktu sore habis sholat Ashar, waktu malam habis sholat Isya’ atau ketika melakukan sholat tahajud dan seterusnya.
Langkah Ketigabelas : Salah satu waktu yang sangat tepat untuk melakukan pengulangan hafalan adalah waktu ketika sedang mengerjakan sholat –sholat sunnah, baik di masjid maupun di rumah. Hal ini dikarenakan waktu sholat, seseorang sedang konsentrasi menghadap Allah, dan konsentrasi inilah yang membantu kita dalam mengulangi hafalan. Berbeda ketika di luar sholat, seseorang cenderung untuk bosan berada dalam satu posisi, ia ingin selalu bergerak, kadang matanya menengok kanan atau kiri, atau kepalanya akan menengok ketika ada sesuatu yang menarik, atau bahkan kawannya akan menghampirinya dan mengajaknya ngobrol . Berbeda kalau seseorang sedang sholat, kawannya yang punya kepentingan kepadanya-pun terpaksa harus menunggu selesainya sholat dan tidak berani mendekatinya, dan begitu seterusnya.
Langkah Ketigabelas : Salah satu faktor yang mendukung hafalan adalah memperhatikan ayat-ayat yang serupa ( mutasyabih ) . Biasanya seseorang yang tidak memperhatikan ayat-ayat yang serupa ( mutasyabih ), hafalannya akan tumpang tindih antara satu dengan lainnya. Ayat yang ada di juz lima umpamanya akan terbawa ke juz sepuluh. Ayat yang mestinya ada di surat Surat Al-Maidah akan terbawa ke surat Al-Baqarah, dan begitu seterusnya. Di bawah ini ada beberapa contoh ayat-ayat serupa ( mutasyabihah ) yang seseorang sering melakukan kesalahan ketika menghafalnya :
- ﴿ وَمَا أُهِلَّ بِهِ لِغَيْرِ اللَّهِ ﴾ البقرة 173 < ———— > ﴿ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ ) المائدة 3 ، والأنعام 145، و النحل 115
- ( ذلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّين بغير الحق ) البقرة : 61
( إن الذين يكفرون بآيات اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّين بغير حق ) آل عمران : 21
( ذلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ الأنبياء بغير حق ) آل عمرن : 112
Untuk melihat ayat –ayat mutasyabihat seperti ini secara lebih lengkap bisa dirujuk buku – buku berikut :
  • Duurat At Tanzil wa Ghurrat At Ta’wil fi Bayan Al Ayat Al Mutasyabihat min Kitabillahi Al Aziz , karya Al Khatib Al Kafi.
  • Asrar At Tikrar fi Al Qur’an, karya : Mahmud bin Hamzah Al Kirmany.
  • Mutasyabihat Al Qur’an, Abul Husain bin Al Munady
  • ‘Aunu Ar Rahman fi Hifdhi Al Qur’an, karya Abu Dzar Al Qalamuni
Langkah Kelimabelas : Setelah hafal Al Qur’an, jangan sampai ditinggal begitu saja. Banyak dari teman-teman yang sudah menamatkan Al Qur’an di salah satu pondok pesantren, setelah keluar dan sibuk dengan studinya yang lebih tinggi, atau setelah menikah atau sudah sibuk pada suatu pekerjaan, dia tidak lagi mempunyai program untuk menjaga hafalannya kembali, sehingga Al-Qur’an yang sudah dihafalnya beberapa tahun di pesantren akhirnya hanya tinggal kenangan saja. Setelah ditinggal lama dan sibuk dengan urusannya, ia merasa berat untuk mengembalikan hafalannya lagi. Fenomena seperti sangat banyak terjadi dan hal itu sangat disayangkan sekali. Boleh jadi, ia mendapatkan ijazah sebagai seorang yang bergelar ” hafidh ” atau ” hafidhah “, akan tetapi jika ditanya tentang hafalan Al- Qur’an, maka jawabannya adalah nihil.
Yang paling penting dalam hal ini bukanlah menghafal, karena banyak orang bisa menghafal Al Qur’an dalam waktu yang sangat singkat, akan tetapi yang paling penting adalah bagaimana kita menjaga hafalan tersebut agar tetap terus ada dalam dada kita. Di sinilah letak perbedaan antara orang yang benar-benar istiqamah dengan orang yang hanya rajin pada awalnya saja. Karena, untuk menjaga hafalan Al Qur’an diperlukan kemauan yang kuat dan istiqamah yang tinggi. Dia harus meluangkan waktunya setiap hari untuk mengulangi hafalannya. Banyak cara untuk menjaga hafalan Al Qur’an, masing-masing tentunya memilih yang terbaik untuknya. Diantara cara untuk menjaga hafalan Al Qur’an adalah sebagai berikut :
  • Mengulangi hafalan menurut waktu sholat lima waktu. Seorang muslim tentunya tidak pernah meninggalkan sholat lima waktu, hal ini hendaknya dimanfaatkan untuk mengulangi hafalannya. Agar terasa lebih ringan, hendaknya setiap sholat dibagi menjadi dua bagian, sebelum sholat dan sesudahnya. Sebelum sholat umpamanya :i sebelum adzan, dan waktu antara adzan dan iqamah. Apabila dia termasuk orang yang rajin ke masjid, sebaiknya pergi ke masjid sebelum adzan agar waktu untuk mengulangi hafalannya lebih panjang. Kemudian setelah sholat, yaitu setelah membaca dzikir ba’da sholat atau dzikir pagi pada sholat shubuh dan setelah dzkir sore setelah sholat Ashar. Seandainya saja, ia mampu mengulangi hafalannya sebelum sholat sebanyak seperempat juz dan sesudah sholat seperempat juz juga, maka dalam satu hari dia bisa mengulangi hafalannya sebanyak dua juz setengah. Kalau bisa istiqamah seperti ini, maka dia bisa menghatamkan hafalannya setiap dua belas hari, tanpa menyita waktunya sama sekali. Kalau dia bisa menyempurnakan setengah juz setiap hari pada sholat malam atau sholat-sholat sunnah lainnya, berarti dia bisa menyelesaikan setiap harinya tiga juz, dan bisa menghatamkan Al Qur’an pada setiap sepuluh hari sekali. Banyak para ulama dahulu yang menghatamkan hafalannya setiap sepuluh hari sekali.
  • Ada sebagian orang yang mengulangi hafalannya pada malam saja, yaitu ketika ia mengerjakan sholat tahajud. Biasanya dia menghabiskan sholat tahajudnya selama dua jam. Cuma kita tidak tahu, selama dua jam itu berapa juz yang ia dapatkan. Menurut ukuran umum, kalau hafalannya lancar, biasanya ia bisa menyelesaikan satu juz dalam waktu setengah jam. Berarti, selama dua jam dia bisa menyelesaikan dua sampai tiga juz dengan dikurangi waktu sujud dan ruku.
  • Ada juga sebagian teman yang mengulangi hafalannya dengan cara masuk dalam halaqah para penghafal Al Qur’an. Kalau halaqah tersebut berkumpul setiap tiga hari sekali, dan setiap peserta wajib menyetor hafalannya kepada temannya lima juz berarti masing-masing dari peserta mampu menghatamkan Al Qur’an setiap lima belas hari sekali. Inipun hanya bisa terlaksana jika masig-masing dari peserta mengulangi hafalannya sendiri-sendiri dahulu.
( Bersambung pada masalah lain dalam seri ” Sukses Belajar ” volume : 3 )
( ) Hadist riwayat Abu Daud ( no : 1319 ), dishohihkan oleh Syekh Al Bani dalam Shohih Sunan Abu Daud , juz I, hal. 361
( ) Untuk mengetahui secara lebih lengkap tentang derajat hadits tersebut bisa dirujuk : Abu Umar Abdullah bin Muhammad Al Hamadi, Al Asinatu Al Musyri’atu fi At Tahdhir min As Solawat Al Mubtadi’ah, ( Kairo, Maktabah At Tabi’in, 2002 ) Cet Pertama, hal. 97 -120
( ) Ibid, hal.21-39
( ) Abu Abdur Rahman Al Baz Taufiq, Ashal Nidham Li Hifdhi Al Qur’an, ( Kairo, Maktabah Al Islamiyah, 2002 ) Cet. Ke-Tiga, Hal. 13
( ) Ali bin Umar Badhdah, Kaifa Tahfadu Al Qur’an, hal. 6
( ) Ibid. hal 12
( ) Abu Dzar Al Qalamuni, ‘Aunu Ar Rahman fi Hifdhi Al Qur’an, ( Kairo, Dar Ibnu Al Haitsam, 1998 ) Cet Pertama, hal.16
( ) Abu Abdur Rahman Al Baz Taufiq, Op. Cit, Hal. 15

( ) Imam Nawawi, Al Majmu’,( Beirut, Dar Al Fikri, 1996 ) Cet. Pertama, Juz : I, hal : 66

Nilai-nilai tauhid dalam ibadah Haji

By DR. Ahmad Zain An-Najah, M.A., 
Ibadah haji merupakan rukun Islam yang kelima, seorang muslim yang secara finansial cukup dan secara fisik mampu, wajib baginya untuk segera melaksanakan kewajiban ini. Ibadah haji mempunyai banyak keutamaan, diantaranya adalah apa yang disebutkan oleh Rosulullah saw dalam beberapa hadistnya :

Pertama : Haji Mabrur pahalanya adalah syurga, sebagaimana hadist di bawah ini :

عن أبي هريرة رضى الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : العمرة إلى العمرة كفارة لما بينهما ، والحج مبرور ليس له جزاء إلا الجنة

Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Rosulullah saw bersabda : “  Umrah sampai umrah berikutnya merupakan  kaffarat ( penebus dosa ) yang dilakukan antara keduanya , dan haji mabrur tidak ada pahalanya kecuali syuga ( HR Bukhari dan Muslim )

Kedua : Haji Mabrur akan dihapus segala dosanya selama ini, sebagaimana hadist di bawah ini :

عن أبي هريرة رضى الله عنه ، قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : من حج فلم يرفث ولم يفسق ، رجع كيوم ولدته أمه

Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya ia berkata: Saya pernah mendengar Rosulullah saw : ” Barang siapa yang melakukan iabdah haji sedang dia tidak melakukan tindakan  rafast ( melanggar aturan haji ) dan fasik, niscaya dia akan pulang ke kampungnya dalam keadaan bersih dari dosa-dosanya sebagaimana anak yang baru dilahirkan oleh ibunya ( HR Bukhari dan Muslim )

Ketiga : Haji Mabrur lebih utama ( khusus bagi wanita ) dari pada ikut berjihad di jalan Allah, sebagaimana hadist Aisyah ra di bawah ini :

عن عائشة رضى الله عنها ، قالت : قلت : يا رسول الله ، نرى الجهاد أفضل العمل أفلا نجاهد ؟ قال : لكن أفضل من الجهاد حج مبرور

Dari Aisyah ra, berkata bahwasanya ia pernah berkata : ” Wahai Rossulullah saw, kami melihat bahwa jihad merupakan amalan yang utama, bolehkan kami ikut berjihad ? Sabda Rosulullah saw : ” Akan tetapi saya tunjukkan amalan yang lebih utama dari jihad yaitu haji yang mabrur ( HR Bukhari )

Keutamaan –keutamaan tersebut hanya akan diraih oleh orang yang telah memenuhi syarat- syarat  yang telah ditentukan oleh Allah dan Rosul-Nya untuk dapat diterima amal ibadahnya, yaitu niat ikhlas hanya mencari ridha Allah dan sesuai dengan tuntunan Rosulullah saw.

Selain itu, ibadat haji sebenarnya mengandung ajaran-ajaran tauhid yang saat ini banyak kaum muslimin yang tidak memperhatikannya, padahal tauhid merupakan tujuan utama dari ibadah haji itu sendiri.

Diantara nilai-nilai yang terkandung dalam ibadah haji adalah sebagai berikut :

Nilai Tauhid Pertama :

Seseorang yang hendak melaksanakan haji, diharuskan untuk melakukan ” Ihram “, yaitu berniat haji hanya untuk mencari ridha Allah swt. Hal ini menunjukkan nilai tauhid yang sangat tinggi, karena kalau dia melaksanakan haji sekedar untuk pamer dan ingin dikatakan pak haji atau bu haji, ataupun hanya sekedar ingin bekerja mencari uang, tentunya ibadah hajinya tidak akan diterima oleh Allah swt. Inilah salah satu makna kalimat ” La ilaha illallah ” , yaitu tidak bertindak, beramal maupun beribadat kecuali hanya mencari ridho Allah swt.

Kemudian timbul sebuah pertanyaan : Apakah dibolehkan melaksanakan ibadah haji sekaligus bekerja atau berdagang ? Jawabannya dibolehkan bagi seorang yang melakukan ibadah haji untuk sambil berniaga atau bekerja, tersebut dalam firman Allah swt :

لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَن تَبْتَغُواْ فَضْلاً مِّن رَّبِّكُمْ

Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Tuhanmu” . ( Qs Al Baqarah : 198 )

Hanya saja kebolehan ini disyaratkan untuk tetap menjadikan  ibadah haji sebagai tujuan utamanya dan berniaga sebagai pekerjaan sambilan. Namun   kenyataannya sekarang,  bahwa ibadah haji telah menjadi barang komoditi bagi orang-orang yang mau memanfaatkan amalan akherat sebagai sarana untuk mencari keuntungan dunia. Fenomena semacam ini sangat mempengaruhi cara beribadah, bermuamalah dan berpikir pada sebagian besar kaum muslimin. Dan inilah rahasia kenapa selalu ada kasus dan masalah dalam penyelenggaran ibadah haji di negara kita. Kecenderungan untuk selalu mengejar keuntungan dunia yang sebanyak-banyaknya tanpa  mengindahkan kode etik ajaran Islam membuat suasana haji yang mestinya diliputi dengan kekhusu’an, keikhlasan, kaharuan dan keimananan itu berubah menjadi ketegangan, kekerasan, ketakutan, kecemasan dan kebimbangan.  Tidak jarang disela-sela ibadah haji terjadi pencurian, penipuan, perampokan, perampasan, penggelapan uang, pelecehan seksual , bahkan pemerkosaan. Ketika musim haji tiba, mestinya orang-orang yang berniat melakukan ibadah haji mempersiapkan diri dengan memperbaiki niat dan mempelajari cara-cara melakukan ritual manasik haji yang  sesuai dengan tuntutan Rosulullah saw, akan tetapi yang kita dapati sekarang bahwa yang menjadi pikiran sebagian dari kaum muslimin yang berangkat ke tanah suci adalah bagaimana bisa mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya pada musim tersebut, walaupun harus melanggar ajaran-ajaran Islam.

Nilai Tauhid Kedua :

Ketika ber-” ihram ” seorang laki-laki tidak diperbolehkan menggunakan pakaian yang berjahit maupun yang berbentuk pakaian jadi, dan disunnahkan untuk memilih warna putih.  Hal ini sebagai pesan bahwa Allah swt tidaklah melihat kepada bentuk dan wajah manusia akan tetapi yang dilihat adalah hati dan ketaqwaan. Ini sesuai dengan sabda Rosulullah saw :

إن الله لا ينظر إلى صوركم و لا إلى أجسامكم ولكن ينظر إلى قلوبكم وأعمالكم

Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk dan fisik kamu, akan tetapi Allah hanya melihat kepada hati dan amal perbuatanmu ”

Selain itu, pakaian ihram yang serba putih mengingatkan kita bahwa manusia suatu saat akan menghadap Allah swt di akherat nanti tanpa membawa harta, keluarga, jabatan dan gelar, akan tetapi yang dibawa adalah amalan dan ibadahnya. Hal ini sesuai dengan sabda Rosulullah saw :

إذا مات ابن آدم انقطع عمله إلا من ثلاث : صدقة جارية ، أوعلم ينتفع به ، وولد صالح يدعو له

Jika anak Adam mati, maka terputus amal perbuatannya kecuali tiga hal : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholeh yang mendo’akannya ( HR Muslim )

Oleh karenanya, ketika salah satu dari kaum muslimin yang meninggal dunia, tidak boleh kuburannya dibangun dan dihiasai sebagaimana menghiasi gedung. Dan anehnya yang terjadi  di negara-negara kapilatis yang maju, mereka memakaikan baju yang terbaik untuk orang yang sudah meningal, bahkan terkadang menyertakan barang-barang kesayangannya ke dalam liang kuburannya, selain itu kuburan –kuburan mereka dibangun dan dihiasi bagai  gedung-gedung yang megah. Dalam ayat lain Allah berfirman :

وَمَا أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُم بِالَّتِي تُقَرِّبُكُمْ عِندَنَا زُلْفَى إِلَّا مَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَأُوْلَئِكَ لَهُمْ جَزَاء الضِّعْفِ بِمَا عَمِلُوا وَهُمْ فِي الْغُرُفَاتِ آمِنُونَ

Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam syurga) (QS.  Saba’ : 37 )

Adapun pakaian ihram yang berwarna putih menunjukkan bahwa untuk menghadap Allah dibutuhkan kesucian  dan kebersihan hati dari noda-noda syirik, dan dari niat mencari selain ridha Alah swt, dibutuhkan juga kebersihan hati dari rasa dengki , hasad dan iri, serta kebersihan hati dari tanggungan orang lain. Oleh karenanya, dianjurkan pada setiap orang yang hendak melaksanakan ibadah haji untuk melunasi hutang –piutangnya terlebih dahulu, mengembalikan pinjaman dan titipan, meminta maaf pada orang-orang yang pernah disakitinya, dan  memohon do’a restu dari orang tua dan para ulama. Hal itu dimaksudkan agar dalam melaksanakan ibadah haji nanti, hatinya sudah bersih, tenang pikirannya, bahkan siap setiap saat untuk menghadap Allah jika dipanggil Allah swt di tanah suci nanti. Sungguh sangat benar firman Allah :

يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ ، إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ

(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna,kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih, ( QS. Asy-Syu’ara : 88-89 )

Nilai Tauhid Ketiga :

Setelah melakukan ” ihram “, orang yang melaksanakan ibadah haji dianjurkan untuk secara terus menerus mengucapkan do’a ” talbiyah “   yang berbunyi :

لبيك اللهم لبيك ، لبيك لا شريك لك لبيك ، إن الحمد والنعمة لك والملك لا شريك لك

Ya Allah , kami menjawab panggilan-Mu secara terus menerus, tiada sekutu bagi-Mu, sesunnguhnya segala pujian dan nikmat hanyalah milik-Mu , begitu juga seluruh kerajaan ( langit dan bumi ) hanyalah milik-Mu tiada sekutu bagi-Mu . ”

Diriwayatkan bahwa Amru bin Lahyi seorang raja yang cukup lama memerintah  daerah Makkah dan sekitarnya, pada suatu ketika dia dengan beberapa rombongan datang ke kerajaan Roma, di sana rombongan raja tersebut mendapatkan orang-orang Romawi menyembah berhala, dan mereka tertarik untuk mengikutinya, sehingga beberapa patung sempat diboyong ke Mekkah untuk dijadikan sesembahan. Ketika Amru bin Lahyi hendak melakukan umrah, dia mengucapkan : ” Labbaika Allahumma labbaika, labbaika la syarika laka labbaik ” , mendengar hal itu, syetan tidak senang dan hendak menyesatkannya. Untuk tujuan tersebut dia merubah dirinya menjadi manusia dan berkata kepada Amru bin Lahyi : ” Wahai baginda raja, doa talbiyah itu masih ada tambahannya, yaitu :  ” Illa syarikan huwa laka ( kecuali satu sekutu  milik-Mu). Mendengar pernyataan syetan tersebut Amru bin Lahyi bergetar hatinya dan merasa takut. Gelagat seperti itu tidak disia-siakan oleh syetan, kemudian dia meneruskannya : ” Tamlikuhu wama laka ” ( Engkau memiliki sekutu tersebut dan apa-apa yang sudah menjadi milik-Mu)

Sejak peristiwa itu, diketahui bahwa Amru bin Lahyi ini adalah orang pertama kali yang memasukkan kalimat syirik dan mencampuradukkan dengan kalimat talbiyah dalam haji di tanah Arab.  Rosulullah saw  bersabda dalam hadist Isra’ Mi’raj :

عرضت عليَّ النَّار ؛ فرأيت فيها عمرو بن لحي يجرُّ قصبه في النار

Diperlihatkan kepadaku api neraka, dan saya melihat usus perut Amri bin Lahyi diseret  ke dalam api neraka ”

Nilai Tauhid Keempat :

Orang yang melaksanakan ibadah haji ketika sampai di Mekkah diperintahkan untuk melakukan thowaf sebanyak tujuh kali, dan disunnahkan untuk mencium ” hajar aswad “. Dalam hal ini, Umar bin Khattab ra. ketika mencium hajar aswad pernah berkata kepada batu tersebut: ” Saya mengetahui bahwa kamu hanyalah sebuah batu, tidak memberikan madharat dan manfaat, kalau bukan karena saya pernah melihat Rosulullah saw mencium-mu, maka aku tidak akan menciummu. ”

Perintah untuk mencium hajar aswad yang tidak lebih dari sebuah batu tersebut memberikan pesan bahwa dalam beribadah ini, kadang kita tidak mengetahui hikmah dibaliknya, atau perbuatan tersebut tidak masuk akal kita, tetapi  karena itu adalah perintah Allah dan Rosul-Nya, maka kita sebagai orang yang beriman wajib mendengar dan taat tanpa mencari-cari alasan. Dalam hal ini Allah swt berfirman :

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَن يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُّبِينًا

Dan tidak sepatutnya bagi orang laki-laki yang beriman dan begitu juga perempuan yang beriman, jika Allah dan Rosul-Nya telah memutuskan suatu keputusan, akan ada pilihan lain dalam urusan tersebut. Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rosul-Nya, maka sungguh telah sesat dengan kesesatan yang nyata . ” ( Qs Al Ahzab : 36 )


Ayat di atas memberikan pengertian bahwa salah satu makna dari  kalimat ” Lailaha illallah ” adalah bahwa tiada yang boleh ditaati perintah-Nya secara mutlak kecuali perintah Allah swt dan perintah Rosul-Nya saja, walaupun kadang-kadang perintah tersebut tidak ataupun belum bisa kita cerna secara akal sehat, bukankah kita setiap hari melakukan sholat lima waktu dengan jumlah rekaat tertentu, dan banyak dari kita yang tidak tahu akan hikmah dibalik bilangan-bilangan rekaat dalam sholat tersebut ?

Di sisi lain, kita dapati umat agama lain selain Islam, mereka mentaati para pemimpin dan pendeta, serta tokoh-tokoh agama mereka secara membabi buta, walaupun sering bertentangan dengan apa yang diperintahkan oleh Allah swt. Sebagaimana yang tersebut dalam firman Allah :

اتخذوا اتَّخَذُواْ أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِّن دُونِ اللّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُواْ إِلاَّ لِيَعْبُدُواْ إِلَـهًا وَاحِدًا لاَّ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ

Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.( Qs At Taubah : 31 )

Diriwayatkan bahwa ketika mendengar ayat tersebut Adi Bn Hatim, salah seorang sahabat yang pernah memeluk agama Nasrani berkata Rosulullah saw : Wahai Rosulullah saw sebenarnya kami tidak menyembah para pendeta tersebut dan tidak sujud kepada mereka ? Kemudian Rosulullah bertanya kepadanya : ” Akan tetapi bukankah jika para pendeta tersebut mengharamkan apa yang dihalalkan Allah dan menghalalkan apa yang diharamkan Allah kemudian kamu mentaatinya ? ” Benar ya Rsoulullah ” Jawab Adi bin Hatim. Kemudian Rosulullah saw bersabda : ” Itulah maksud  menyembah para pendeta ” ( HR Ahmad dan Tirmidzi )

Nilai Tauhid Kelima :

Setelah melakukan thowaf di Ka’bah sebanyak tujuh kali, seorang yang melakukan ibadah haji diperintahkan untuk melakukan sholat dua reka’at di belakang maqam nabi Ibrahim. Kenapa ? Hal itu untuk mengingatkan akan  jasa-jasa nabi Ibrahim as, yang dijadikan Allah swt  sebagi bapak tauhid, karena telah meletakkan dasar-dasar tauhid bagi kehidupan manusia sesudahnya.

Selain itu, pada waktu sholat dua reka’aat tersebut disunnahkan untuk membaca surat Al Kafirun pada reka’at pertama. Surat Al Kafirun itu berisi tentang perlepasan diri dari seluruh apa yang disembah kecuali Allah swt , dan pada reka’at kedua disunnahkan untuk membaca suratAl Ikhlas yang berisi tentang ke-Esaan Allah swt.

Ini semua memberikan pesan kepada kita bahwa kalimat tauhid harus selalu disebut dan dipelajari serta digali secara terus menerus, untuk kemudian diaplikasikan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Nilai Tauhid Keenam :

Setelah melakukan thowaf tujuh kali, dan sholat dua rek’at dibelakang maqam Ibrahim, diperintahkan untuk melakukan Sa’I antara Shofa dan Marwah sebanyak tujuh kali. Ibadat ini mengingatkan kepada kita akan  peristiwa yang dialami oleh Siti Hajar bersama anaknya Ismail yang pada waktu itu masih bayi. Mereka berdua ditinggal oleh Nabi Ibrahim di tengah –tengah gurun pasir yang kering, gersang dan panas. Ketika Siti Hajar menanyakan kepada nabi Ibrahim tentang alasan perbuatan tersebut, nabi Ibrahim hanya diam saja, Akantetapi ketika Siti Hajar bertanya apakah ini perintah Allah swt ?, ketika juga nabi  Ibrahim mengiyakannya. Mendengar jawaban tersebut siti Hajar berkata : ” Kalau begitu, saya yakin bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan kami “. Sebuah pernyataan yang keluar dari wanita yang kokoh imannya. Tetapi walaupun begitu, Siti Hajar tidaklah begitu saja pasrah dengan keadaan, dan hanya duduk serta berdo’a kepada Allah menunggu datangnya pertolongam, akan tetapi dengan kekuatan imannya tersebut, beliau bangkit dan berusaha dengan sekuat tenaga mencari air untuk anaknya, berlarian pulang pergi antara bukit Shofa dan Marwah, sambil terus bertawakkal dan berkeyakinan bahwa Alah akan menolong dan membantu-Nya. Iya…nabi Ibrahim teelah meninggalkannya dan anaknya dengan perintah Allah, maka Allah tidak akan menyia-nyiakannya begitu saja. Dengan keyakinan kuat seperti itu, maka keluarlah air zamzam dari kaki Ismail, hingga sampai sekarang bisa seluruh umat Islam bias menikmati hasil dari keimanan Siti Hajar tersebut.

Hal yang sama juga pernah dilakukan oleh Rosulullah saw pada perjanjian Hudaibiyah, ketika para sahabat sangat marah dan merasa dihinakan oleh kaum kafir Qurays dengan isi perjanjian yang tidak adil dan sangat merugikan kaum muslimin, mereka tidak bisa menerima isi perjanjian tersebut dan mengeluh kepada Rosulullah saw. Melihat keadaan para sahabatnya seperti itu, Rosulullah saw menghibur mereka dengan  sebuah pernyataan yang diukir oleh sejarah dengan tinta emas : ” Itu adalah ketentuan Allah, saya hanyalah hamba-Nya, dan saya yakin bahwa Allah swt tidaklah akan menyia-nyiakan diriku “. Begitulah kepercayaan seorang mukmin yang benar terhadap perintah dan ketentuan Allah swt, yang walaupun secara kasat mata mungkin merugikan dan tidak sesuai dengan keinginannya, akan tetapi dia harus yakin bahwa dibalik semua itu ada maslahat yang lebih besar yang tidak diketahuinya. Dalam hal ini, Allah swt berfirman :

وَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تُحِبُّواْ شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ وَاللّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui ( QS Al Bqarah : 216 )

Itulah salah satu makna dan arti dari kalimat tauhid : Lailaha illallah, yang artinya tidak ada yang bisa dijadikan tempat sandaran dan tawakkal kecuali  Allah swt.

Nilai Tauhid Ketujuh :

Ketika melakukan Sa’i antara Shofa dan Marwah, seorang yang melakukan ibadah haji diperintahkan untuk berdo’a dengan lafadh sebagai berikut :

الله أكبر، الله أكبر ، الله أكبر, لا إله إلا الله وحده لا شريك له، له الملك، وله الحمد، وهو على كل شيء قدير، لا إله إلا الله وحده ، لا شريك له، أنجز وعده، ونصر عبده، وهزم الأحزاب وحده.

Allah Maha Besar 3x , Tiada Ilah kecuali Allah saja, tiada sekutu bagi-Nya, Yang mempunyai kerajaan dan pujian, dan Dia Maha Mampu atas segala sesuatu, Tiada ada Ilah kecuali Allah saja, tiada sekutu bagi-Nya, Yang telah melaksanakan janji-Nya, menolong hamba-Nya dan menghancurkan pasukan Ahzab dengan sendiri saja.“

Do’a di atas diulang-ulang sebanyak tiga kali dan dibaca setiap naik sampai pada Shofa dan Marwah. Ini semua menunjukkan betapa besar ajaran tauhid dalam ibadah haji.

Nilai Tauhid Kedelapan :

Ketika Wukuf di padang Arafah yang merupakan  inti dan rukun dari ibadah haji, orang yang melakukan ibadah haji dianjurkan untuk banyak berdo’a, bersimpuh dan menangis di hadapan Allah swt serta memohon ampunan dan rahmat-Nya. Karena wukuf di Arafah adalah waktu yang paling utama dan berharga dalam hidup seseorang , pada saat –saat tersebut Allah akan menyelamatkan para hamba-Nya dari api neraka dan membanggakannya pada malaikat. Sebagaimana tersebut dalam salah satu haditsnya :

وروى ابن حبان من حديث جابر عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: مَا مِنْ يَوْمٍ أَفْضَلُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ، يَنْزِلُ اللَّهُ تَعَالَى إلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا فَيُبَاهِي بِأَهْلِ الْأَرْضِ أَهْلَ السَّمَاءِ

Diriwayatkan dari Ibnu Hibban dalam shohihnya dari hadust Jabir bahwasanya Rosulullah saw bersabda : ” Tiada hari yang paling utama di sisi Allah daripada hari Arafah , pada waktu itu Allah turun ke  langit yang paling dekat dan membanggakan orang-orang yang sedang wukuf di Arafah  kepada para penghuni langit ”

Waktu-waktu yang mustajab untuk berdo’a adalah setelah tergelincir matahari hingga terbenam dan puncaknya adalah beberapa saat sebelum terbenam matahari. Yang unik dalam wukuf di Arafah ini adalah do’a yang pernah dilantunkan oleh Rosulullah saw, sebagaimana yang tersebut dalam salah satu haditsnya :

أفضل الدعاء يوم عرفة ، وأفضل ما قلته أنا والنبيون من قبلي: لا إله إلا الله وحده لا شريك له، له الملك، وله الحمد، وهو على كل شيء قدير

Do’a yang paling utama pada hari Arafah dan perkataan paling utama yang pernah aku ucapkan dan diucapkan oleh paa nabi sebelumku adalah : ” Tiada Ilah kecuali Allah saja, tiada sekutu bagi-Nya, Yang mempunyai kerajaan dan pujian, dan Dia Maha Mampu atas segala sesuatu,( HR Tirmidzi, Ahmad dan Malik )

Kalau kita perhatikan hadist di atas, ternyata tidak kita dapatkan lafadh do’a, yang ada hanyalah lafadh pujian kepada Allah swt. Akan tetapi walau begitu Rosulullah saw menyebutnya dengan do’a. Hal serupa pernah ditanyakan seseorang kepada Sofyan bin Uyainah seorang pakar hadist pada zamannya, bahwa lafadh dalam hadist di atas bukanlah do’a, beliaupun menjawab bahwa Allah swt pernah berfirman dalam salah satu hadist qudsi-Nya :

إذا شغل عبدي ثناؤه على عن مسألتي أعطيته أفضل ما أعطى السائلين

Jika hamba-Ku sibuk dengan memuji-Ku ( dalam riwayat lain disebutkan : ” dengan mengingat-Ku ) sehingga lupa untuk berdo’a dan meminta kepada-Ku, maka niscaya Aku berikan kepadanya sesuatu yang lebih utama dari apa yang diminta oleh orang-orang yang mengucapkan do’a dan memohon banyak permintaan “