Sunday, December 26, 2010

Pesantren Nurul Jadid



Dalam perjalanan sejarah Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pondok Pesantren tercatat cukup mewarnai dalam ikut membentuk mental bangsa. Sejak sebelum era kemerdekaan, pesantren ikut berperan aktif terutama sebagai basis pergerakan santri pejuang. Telah banyak putera pesantren yang gugur di medan perjuangan demi membela dan mempertahankan kemerdekaan. Di samping itu, pesantren juga berfungsi sebagai cagar budaya dalam gejolak antara kebudayaan asli dan dan kebudayaan barat.
Sampai pada perkembangan berikutnya, pesantren masih tetap menunjukkan fungsinya sebagai lembaga pengajaran dan pendidikan, lembaga dakwah dan pengkaderan ulama’, sebagai lembaga pelayanan, pengarahan, bimbingan dan pengembangan kemasyarakatan, serta sebagai lembaga perjuangan.
Dalam pengelolaannya, searah perkembangan zaman, Pondok Pesantren dituntut untuk selalu dinamis dan mengikuti perkembangan, sehingga pada taraf berikutnya timbul pembagian tugas dan peran antara beberapa Pondok Pesantren secara fungsional sesuai dengan visi dan misi pengembangannya.
Pondok Pesantren Nurul Jadid adalah salah satu pesantren yang – ditinjau dari jumlah santri dan kelengkapan lembaganya – termasuk Pondok Pesantren yang besar. Sebagaimana Pondok Pesantren yang lain, peran yang dijalankan adalah sebagai lembaga pendidikan, dakwah dan perjuangan sekaligus sebagai agen perubahan sosial masyarakat desa, khususnya bagi masyarakat di desa lokasi Pondok Pesantren.

Pondok Pesantren Nurul Jadid didirikan oleh almarhum KH. Zaini Mun’im pada tahun 1950. Berlokasi di desa Karanganyar Kecamatan Paiton Kabupaten Probolinggo Jawa Timur. Saat ini menempati areal seluas 12 Ha. Secara Geografis letak Pondok Pesantren Nurul Jadid berada pada : 7 40’ LS, 113 3’ BT. Berjarak 33 KM arah timur kota Probolinggo atau 133 KM arah timur Surabaya.

Kepemimpinan
Pondok Pesantren Nurul Jadid pada pertama kalinya (1950 – 1976) dipimpin dan diasuh oleh KH. Zaini Mun’im dengan dibantu oleh beberapa pengurus senior. Kepemimpinan Pondok Pesantren diteruskan secara berturut-turut oleh KH. Muhammad Hasyim Zaini (1976-1984), Drs. KH. Abd. Wahid Zaini, SH (1984-2000), dan terakhir adalah KH. Muh. Zuhri Zaini, BA putra kelima pendiri (2000-sekarang).
Pada masa awal kepemimpinan KH. Muh. Zuhri Zaini, Pondok Pesantren Nurul Jadid melakukan reorientasi manajerial dan pola pengembangan penyelenggaraan pendidikan serta pola pembinaan santri. Dalam bidang manajerial dilakukan perubahan struktur kepemimpinan dan kepengurusan kearah kepengurusan yang lebih bersifat struktural-fungsional, pembenahan administrasi dengan penerapan sentral data yang terkomputerisasi (computerized). Pola pengembangan penyelenggaraan pendidikan berorientasi kepada pola pendidikan terpadu dan integral antara pendidikan umum dan pendidikan pesantren. Sedangkan pola pembinaan santri diarahkan pada pengembangan pola pembinaan yang terspesifikasi berdasarkan kurikulum pesantren yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan dan pendidikan santri.
Adapaun struktur kepengurusan Pondok Pesantren Nurul Jadid terdiri dari : Dewan Pertimbangan, Pengasuh, Ketua Yayasan, Pengawas, Koordinatorat, dan Biro-Biro, antara lain: Biro Kepesantrenan, Biro pendidikan, Biro Keuangan, Biro Pengembangan Pesantren dan Pengembangan Masyarakat (BPPM).

Tujuan Pendidikan
Pondok PesantrenNurul Jadid didirikan dengan bertujuan membentuk manusia Mu’min-Muslim yang bertaqwa, berakhlaqul karimah, berilmu, kreatif, aktif, semangat, cakap, berguna bagi agama, bangsa dan negara.
Arah pendidikan Pondok Pesantren Nurul Jadid, diharapkan terwujud pada kualitas dan kemampuan out-put secara profesional, serta ditujukan pada pemilikan beberapa kesadaran dan kemampuan. Santri Pondok PesantrenNurul Jadid diharapkan memiliki Panca Kesadaran, yaitu :
1. Kesadaran Beragama 
2. Kesadaran Berilmu
3. Kesadaran Berorganisasi
4. Kesadaran Bermasyarakat
5. Kesadaran Berbangsa dan Bernegara
Disamping itu , santri diharapkan sekurang-kurangnya membekali diri dan mampu meraih kemampuan tentang agama yang meliputi : 
Pengetahuan serta pemahaman tentang Islam secara sistimatis dan holistik, baik pengetahuan tentang Islam sebagai agama, sebagai ajaran Iaman, maupun sebagai kebudayaan, yakni, agama sebagai pandangan dan cara hidup yang dikembangkan oleh berbagai lapisan umat Islam di dunia dari segala zaman.
Kemampuan pengetahuan mengenai persoalan sosial dan perkembangan zaman yang ada dewasa ini, khususnya tentang persoalan-persoalan aktual yang dihadapi umat Islam dalam kerangka mengawal transformasi sosial-budaya dari kemajuan serta perkembangan ilmu dan teknologi.
Kemampuan dalam menelusuri dan mengambil inti sari khazanah keilmuan, khususnya tentang pengetahuan keislaman, dengan pengetahuannya mengenai persoalan zaman, menetapkan tujuan dan langkah-langkah strategis bimbingan umat, sehingga terealisasi seluruh rangkaian kegiatan bimbingan yang mantap dan berkesinambungan.

Visi
Sampai pada perkembangan berikutnya, pesantren masih tetap menunjukkan fungsinya sebagai lembaga pengajaran dan pendidikan, lembaga dakwah dan pengkaderan ulama’, sebagai lembaga pelayanan, pengarahan, bimbingan dan pengembangan kemasyarakatan, serta sebagai lembaga perjuangan.

Misi
Dalam pengelolaannya, searah perkembangan zaman, Pondok Pesantren dituntut untuk selalu dinamis dan mengikuti perkembangan, sehingga pada taraf berikutnya timbul pembagian tugas dan peran antara beberapa Pondok Pesantren secara fungsional sesuai dengan visi dan misi pengembangannya.
Pondok Pesantren Nurul Jadid adalah salah satu pesantren yang – ditinjau dari jumlah santri dan kelengkapan lembaganya – termasuk Pondok Pesantren yang besar. Sebagaimana Pondok Pesantren yang lain, peran yang dijalankan adalah sebagai lembaga pendidikan, dakwah dan perjuangan sekaligus sebagai agen perubahan sosial masyarakat desa, khususnya bagi masyarakat di desa lokasi Pondok Pesantren

No comments:

Post a Comment